Pages

Senin, 10 Oktober 2016

Sumatera Barat Capai 43.985,7 Ton Hasil Produksi Komoditi Cabai Besar

Potret Pertanian - Provinsi Sumatera Barat Padang yangmemiliki  sumber daya air, perkebunan, peternakan, dan kehutanan yang potensial untuk dikembangkan, ang didukung dengan kondisi lahan pertanian yang subur sehingga memungkinkan untuk semua jenis tanaman bisa tumbuh bbaik dan berkembang dengan baik didaerah ini. sehingga mempunyai hasil pertanian unggulan seperti cabai, bawang merah, tomat, padi jagung dan banyak lagi yang lainya.  Baca Juga Data Luas Lahan Produksi Tanaman Padi, Daging Sapi dan Telur Ayam di Indonesia

Dikutip dari Antara Sumbar "Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menyatakan produksi cabai besar di daerah itu hingga Agustus 2016 sebanyak 43.985,7 ton.
Produksi cabai besar itu terdapat pada 19 kabupaten/kota yang berada di Sumbar," kata Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar Yustiadi di Padang, Senin.

Selanjutnya produksi cabai di Kabupaten Agam sebanyak 9.945,1 ton, Lima Puluh Kota 3.042,2 ton, Kabupaten pasaman 43,9 ton, Solok Selatan 3.941,7 ton, Dharmasraya 63,2 ton, Pasaman Barat 998,4 ton, Kota Padang 291,7 ton, Solok 35,8 ton, Sawahlunto 39,5 ton.

Sedangkan di Padang Panjang produksi cabai besar sebanyak 1.049,3 ton, Bukittinggi sebanyak 209,3 ton, Kota Payakumbuh 662,1 ton dan Kota Pariaman sebanyak 22,7 ton.

"Cabai merupakan kebutuhan terpenting bagi masyarakat, apalagi masyarakat Minang, dengan demikian kita berusaha untuk meningkatkan produktivitas cabai" ujar dia.

Menurutnya terjadinya inflasi di beberapa daerah di Sumbar yang salah satu pemicunya adalah cabai. Hal itu dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan cabai sedangkan ketersediaan tidak mencukupi.

"Sehingga hal itu membuat kelangkaan cabai serta melonjaknya harga, terutama ketika lebaran Agustus dan September," kata dia.

Untuk itu kata dia demi mengatisipasi hal tersebut petani harus mengubah pola tanam cabai agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Ia menyebutkan pola tanam menentukan hasil yang didapatkan untuk mengubah pola tanam cabai yaitu dengan menanam cabai pada saat musim kering dan harga dipasaran rendah, agar ketika musim hujan cabai tidak mengalami kelangkaan.

Ia mengatakan pihaknya telah memberikan bantuan berupa menara dengan menyuruh petani membuat sumur atau tangki-tangki air lalu dialirkan kemudian petani dapat dengan mudah menyirami tanamannya dengan menggunakan slang.

"Di beberapa daerah sudah menampakkan hasil, contoh Pesisir selatan, Payakumbuh, Solok Selatan, Solok, Pasaman Barat," katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatat cabai merah dan jengkol merupakan dua komoditas pemicu inflasi tertinggi di Padang pada September 2016 yang mencapai 0,58 persen.

"Dua komoditas tersebut memiliki andil terbesar dalam membentuk angka inflasi Padang yaitu cabai merah 0,51 dan jengkol 0,10," kata Kepala BPS Sumbar Dody Herlando.

Menurut dia cabai merupakan salah satu kebutuhan wajib warga Padang yang tidak bisa digantikan oleh komoditas lainnya sehingga saat harga naik masyarakat tetap membeli.

Hal ini diperkuat oleh pada September ada Lebaran Idul Adha yang ketika itu kebutuhan cabai naik untuk memasak daging kurban sehingga harganya sempat mencapai Rp70 ribu per kilogram dibandingkan harga normal yang hanya Rp24 ribu, lanjut dia. (*)
 
Semoga dengan demikian semoga akan semakin meningkatkan kesejahteraan para petani yang ada didaerah Sumatera Barat kususnya dan akan diikuti oleh daerah - darah lain yang juga nebghasilkan hasil-hasil komoditas pertanian diseluruh indonesia. salam Potret Pertanian.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

About

Blogroll

Blogger news

Popular Posts

Blogger templates

Wikipedia

Hasil penelusuran